DOWNLOAD NOVEL LOVE IS YOU FREE

DOWNLOAD NOVEL LOVE IS YOU FREE

Senin, 29 Desember 2014

Cerpen I Love You Too ( bagian 2 )



Nado Saranghae .. Aku juga mencintaimu .. I Love You Too
( bagian 2 )

....... Semua keluarganya sangat syok, apalagi Kirana. Kirana masih tak terima kalau calon suaminya cacat. Ia bingung harus bagaimana, ia meminta para dokter untuk segera memperbaiki mukanya. Tapi sayang, operasi tidak bisa dilakukan sekarang karena kondisi Viko masih belum pulih benar dan hal itu membuatnya sangat kecewa.
            Berita duka itu ternyata telah sampai ke negeri Korea. Tak usah fikir panjang lagi Dhea langsung memesan tiket untuk pulang dengan sisa tabungannya yang masih ada meskipun dia saat ini sedang dalam ujian. Ia tak peduli, yang ia pedulikan hanya kesehatan Viko. Sesampainya di Bandara Soekarno Hatta ia tak menuju rumahnya melainkan menuju Rumah Sakit ke tempat Viko dirawat. Sayang, Dhea kesana tak membuahkan hasil, Viko sudah dibawa kerumah karena ia tetap harus melangsungkan pernikahanya dengan Kirana. Dhea syok setengah mati, ternyata ia salah langkah. Jauh jauh dari Korea ternyata hanya harus menyaksikan orang yang dicintainya menikah dengan wanita lain. Kaki Dhea lemas, ia tak percaya, tapi kemudian ia bangkit lagi, ia harus kuat, apapun yang terjadi ia harus mau melihat orang yang dicintainya bahagia.
            Dengan langkah yang gontai ia menuju hotel tempat pernikahan Viko diselenggarakan. Orang orang sudah berkumpul disana, menunggu sang mempelai wanita yang tak kunjung datang dari setengah jam yang lalu. Dhea bingung, setelah menanyai banyak orang disana, ia berhasil mendapatkan kamar tempat Viko dirias.
            “Viko ...” Panggil Dhea.
            Viko menoleh. Wajah Viko benar benar membuat Dhea syok. Wajahnya benar benar parah. Tapi melihatnya sudah sehat seperti ini Dhea sudah sangat bahagia. Dhea tak bisa membendung rasa kangennya, dipeluknya Viko dengan erat.
            “Dhea ...” Desisnya tak percaya. “Loe bukannya di Korea.”
            “Gue pulang pengen liat elo Vik. Loe katanya kecelakaan. Loe udah sehat kan?” Tanyanya memburu.
            Viko membalas pelukannya dengan sangat erat pula.
            “Selamet ya, loe bakalan jadi suami muda sukses.” Kata Dhea lagi.
            Viko melepas pelukannya. Mukanya mendadak sayu. “Aku harap begitu Dhe.”
            Suara ketoka pintu mengagetkan mereka berdua. Orang tua Viko datang dengan wajah yang sangat sedih. “Maaf nak kalau ini berita buruk. Barusan orang tua Kirana telfon, mendadak ia harus berangkat ke Bali karena harus tes wawancara. Dia diterima kerja disana. Dan mereka juga bilang kalau pernikahan ini dibatalkan.”
            “Apa???” Malah Dhea yang pertama kali syok. “Hari H dia menikah malah membatalkan gitu aja via telfon. Apa dia gila tante? Ini hari pernikahan mereka berdua?”
            Viko menenangkan Dhea. “Udah Dhe, udah.” Viko sedikit mendesah. “Gue tahu kalau dia udah nggak mau sama gue.” Viko berusaha tegar membendung air matanya. “Gue tahu dia nggak bisa nerima gue karena sekarang gue udah cacat. Gue nyadar kok.” Viko tersenyum, kemudian menatap orang tuanya. “Nggak akan ada orang yang menikah hari ini. Semua kejadian ini, nyadarin aku buat tahu sifat dia sebenernya.”
                        Dhea menatap mereka dengan tangisan. Setega itukah Kirana melakukan semua ini? Tanyanya dalam hati.
            Hari selanjutnya, Dhea masih menemui Viko. Dhea ingin menemani hari harinya yang kacau. “Viko ...” Tanyanya pelan.
            Viko menoleh. “Gue tau ini bukan waktu yang tepat. Tapi besok gue udah balik lagi ke Korea. Gue takut nggak punya kesempatan buat ngomong ini.” Dhea nampak berfikir. “Gue cinta sama elo.”
            Viko ternganga. Lima detik ia diam. Tapi akhirnya Viko membuka suara. “Sejak kapan?”
            “Sejak kita masih sekolah bareng, ngapa ngapain bareng. Sejak ...” Dhea melihat ekspresi Viko, sepertinya Viko tak senang. Dhea tahu ini bakalan terjadi. Viko tidak pernah mencintainya. Akhirnya Dhea diam tak melanjutkan kata katanya.
            “Hahaha.” Dhea tertawa. “Gue tahu kok. Lupain aja. Nggak papa kalik kalok loe nggak bisa, gue ngerti. Nggak usah terlalu dipikirin.”
            Viko menangis. “Maafin aku.” Viko memeluk erat Dhea. Dhea tahu kalau saat ini Viko tidak bisa menjawab apa apa. Yang dia cintai dari dulu sampai sekarang tetap sama. Kirana.
            “Apa loe nggak jijik liat wajah gue.” Tanya Viko ditengah tangisannya.
            “Apa loe sepicik itu nganggep gue cinta sama elo hanya dari fisik doang.”
            “Sorry.” Viko minta maaf lagi. Tapi kemudian memeluk Dhea lagi. Dhea masih bingung pelukan macam apa ini. Yang jelas, Dhea tahu kalau Viko butuh menata hatinya karena ditnggal oleh Kirana.
            Tahun berganti. Dhea sudah berada di Seoul Korea. Malam hari, ia sibuk harus menyiapkan tugas dan laporan kuliahnya. Tapi HandPhonenya bergetar.
            “Yoppseo.” Jawabnya. “Duguseyo?” Tanyanya menanyakan siapa orang yang menelfonnya.
            “Loe mesti ke Rumah sakit sekarang. Gue pengen tahu gue tambah ganteng apa nggak.”
            Dhea kaget. “Viko... ini suara viko kan? Loe di Korea?”
            “Cepetan kesini!” Viko memberikan alamat rumah sakit tempat ia dirawat. Dhea hanya terkaget kaget. Lagi lagi ia melupakan kuliah hanya untuk mengurusi orang seperti ini.
            Setibanya di Rumah sakit, ia mencari kamar tempat Viko dirawat, Dhea was was. Apa benar Viko berada disini. Kamar 23. Dapat. Dhea menemukannya. Dibukanya pintu itu perlahan. Sepi. Tak ada suara dari kamar ini. Tapi mata Dhea liar, ia menemukan sosok Viko yang membelakanginya menghadap kaca melihat keluar.
            “Viko ...”
            Viko membalikkan badannya. Dhea dibuat kaget olehnya. Wajah Viko kembali seperti semula. Jauh lebih tampan dari yang aslinya. “Vik, elo ...”
            Viko tersenyum menghampirinya. “Iya, gue operasi plastik disini. Gimana gue ganteng kan?” Tanya Viko terkekeh.
            “Kenapa loe nggak bilang bilang? Kenapa tiba tiba disini? Kenapa nggak ada kabar? Berbulan bulan ini kenapa loe nggak ngangkat telfon gue? Loe mau menhindar? Tapi bukan gini caranya?” Dhea menahan tangis.
            “Hey.” Viko mengelus kepala Dhea. “Gue cuman bikin surprise buat elo.”
            “Tapi nggak gini Vik.”
            Viko memeluk Dhea erat. Erat sekali hingga Dhea susah bernafas. Tapi Dhea diam saja. Ia nyaman dipeluk seperti ini dengan Viko. “Gue sayang sama elo Dhe, Lo masih sayang kan sama gue?”
            Dhea terdiam. Lama sekali. Dhea tak menyangka Viko bakalan ngomong seprerti ini. Dhea menatap Viko lama, apa dia sadar ngomong seperti itu.
            Brak. Tiba tiba pintu dibuka. Kirana tiba tiba disini. Secepat kilat ia langsung merebut Viko dari Dhea untuk jatuh kepelukannya. “Gue cinta elo Vik.” Katanya lagi. “Ayo kita nikah. Gue nyesel mentingin kerjaan dari pada elo.”
            Viko diam saja diperlakukan seperti itu. Dhea ternganga, ternyata sayang itu hanya sebagai sahabat. Dhea tiba tiba mengambil langkah menjauh dari tempat itu dan langsung pergi. Ia terduduk ditaman. Ia luapkan kekesalannya disana. Dhea menangis sejadi jadinya.
            Seseorang lelaki datang menemuinya, sebenarnya dia tadi berusaha mengejarnya tapi lari Dhea begitu kencang hingga akhirnya lelaki itu menemukan Dhea disini.
            “Kenapa loe pergi Dhe.”
            Cepat cepat Dhea menghapus air matanya. “Oh, enggak kok. Gue takut ngganggu. Kirana ternyata juga ada disini. Sorry ya.” Dhea berusaha tegar walaupun ia tak bisa menyembunyikan sepenuhnya rasa sakit hatinya.
            “Gue juga nggak tahu kenapa Kirana dateng kesini. Gue juga kaget kenapa dia tiba tiba disini. Yang gue kasih tahu gue disini itu cuman elo Dhe, cuman elo.” Tegasnya lagi.
            Dhea bangkit, ia ingin pulang. Ia tak kuat harus begini terus menyaksikan rasa sakitnya bersama Viko. Tapi Viko menahannya.
            “Plis, jangan pergi lagi.” Viko memohon. Ia mengeluarkan sebuah kotak ungu dan diberikannya pada Dhea. Viko membantu membukanya. Sebuah cincin. Dhea meraihnya.
            Dhea menangis. “Apa loe sengaja buat gue sakit hati lagi? Kalok loe mau ngasih ke Kirana, kasih aja sendiri. Jangan loe liatin ke gue?” Dhea menampik cincin itu.
            Viko tak henti hentinya menenangkan Dhea yang memberontak ingin pergi dari tempat itu. Kini Dhea benar benar tak bisa menahan tangisannya. Pipi Dhea kini sudah basah akan air matanya. Viko tetap berusaha memberikan cincin itu pada Dhea. Sekilas dia memperhatikan cincin itu. Betapa kagetnya dia saat ia melihat namanya terukir jelas dicincin itu. ‘Dhea’.
            “Cincin ini buat elo.” Kata Viko.
            Dhea tertunduk lemas. “Tapi.” Dhea masih terisak. “Kirana dateng buat elo. Dia cinta sama elo. Loe seharusnya ngelamar dia lagi. Dia bener bener nyesel udah ninggalin elo. Bukannya Kirana itu cinta mati loe? Gue nggak mau elo nyesel.”
            Viko mengusap air mata Dhea dan menahan kepalanya untuk tetap sejajar dengan kepalanya. Hanya tiga centi jaraknya dengan wajah Dhea. “Kirana itu cuman cinta sama harta gue. Dia kembali juga karena gue udah operasi plastik. Gue nggak akan pernah nyesel kalok gue nikahnya sama elo. Loe mau kan nikah sama gue?” Tanyanya berharap.
            “Tapi.” Belum sempat Dhea memberikan komentar apa apa. Viko melumat bibir Dhea lama. Lama sekali. Tak ada pemberontakan dari Dhea. Dhea juga sangat menginginkannya.
            Kini Viko memeluk Dhea dengan sangat erat, merasakan tubuhnya mengobati rasa kangennya. “Makasih udah tulus cinta sama gue. Gue cinta elo. Loe mau kan nikah sama gue?”
            Dhea mengangguk. “Iya, gue mau. Mau banget.” Katanya sambil memeluk Viko erat.
            “Saranghae” Dhea berucap lagi
            “Nado Saranghae”Viko membalas.
by Devi Nandasari

1 komentar:

  1. 😭 cerpenx romantis bgt mb... smpi ikutan nangis..
    Ditunggu project2 selanjutx y mb 😊

    BalasHapus