DOWNLOAD NOVEL LOVE IS YOU FREE

DOWNLOAD NOVEL LOVE IS YOU FREE

Senin, 29 Desember 2014

Cerpen "I Love You Too" ( bagian 1 )



Nado Saranghae .. Aku juga mencintaimu .. I Love You Too
            Badai salju menyelimuti bumi Korea. Penerbangan pesawat dari Bandara Incheon  ke Jakarta terpaksa tertunda. “Huuuuffff...” Sesekali terdengar desahan nafas Viko yang kecewa sambil sesekali tangannya mencoret coret selembar kertas untuk mengusir kebosanannya. Viko sudah sangat tak sabar ingin segera pulang ke kampung halamannya karena sudah lebih dari empat tahun ia bersama Dhea menikmati suasana Korea tanpa pulang ke Indonesia. Maklum, mereka beruntung datang kesini hanya karena beasiswa. Jadi mereka tak mempunyai uang yang cukup untuk biaya pulang kerumah atau sekedar hura hura dinegeri orang.
            “Brrr..” Viko merasakan dinginnya salju hingga merasuk ketulang tulang. Ia sudah menunggu di Bandara sejak kemarin malam bersama teman baiknya. Beruntung Viko mempunyai teman seperhatian Dhea yang sudah sangat membantunya selama ini. Tapi sayang, saat Viko sudah menyelesaikan studynya yang setara S1nya disini. Dhea tetap tinggal di Korea karena ingin meneruskan studynya sampai S2.
            “Nih.” Dhea memberikan secangkir cappucino untuknya.
            “Gamsahamnida.” Ucapnya berterima kasih.
            “Gak kerasa ya, udah empat tahun kita kesini.” Dhea memulai pembicaraan sambil melirik Viko yang sudah sangat menggigil kedinginan.
            “Iya. Rasanya cepet banget.” Viko menatap sahabatnya lekat. Ia memperhatikan jelas raut mukanya. Pastinya, ia akan sangat kangen pada sosok orang yang ada didekatnya. “Loe yakin, bener bener mau nerusin beasiswa loe disini.” Nadanya mulai serius.
            Dhea nampak berfikir kemudian mengernyitkan dahinya. Sesekali ia mendesah. Tapi kemudian tersenyum menatap Viko.
            “Kalok nggak ada gue, loe tetep bisa jaga diri kan?” Tanya Viko  khawatir.
            Hahahahahahaha. Tawa Dhea meledak. “Apa nggak kebalik ya. Bukannya gue yang harusnya ngomong kaya gitu. Elo kan tiap hari nyusahin gue, bantuin buat tugas lah, laporan lah, makalah lah. Minta dimasakin. Minta dibeliin obat kalok sakit. Nyuruh gue ini itu. Sekarang, harusnya gue tanya. Gimana nasib idup lo kalok nggak ada gue? Haaa!!!”
            Hehehehe. Viko terkekeh. Ada benarnya juga perkataan Dhea. Memang selama ini Dhea banyak banget bantuin hidupnya di Korea. Mungkin kalok nggak ada Dhea gue belum lulus sampek sekarang. “Thanxs ya.” Viko berterima kasih untuk kedua kalinya untuk hari ini. Dan kalau ditotalin sejak empat tahun yang lalu, mungkin ini sudah keseribu kalinya Viko mengucapkan terima kasih pada Dhea karena ketulusan membantunya.
            Suara pengumuman terdengar jelas. Satu jam lagi pesawat Viko akan segera berangkat. Lagi lagi Dhea tersenyum, tapi Viko malah terlihat murung.
            “Loh kok murung?” Tanya Dhea penasaran.
            “Seandainya loe ikut sama gue balik, gue pasti nggak sesedih ini.”
            “Come on. Palingan bentar lagi gue juga nyusul elo kok. So, tunggu aja.”
            Viko tersenyum lagi. “Bener ya.”
            “Iya.” Jawabnya mantap. “Ok. Loe udah cek kan, barang barang bawaan lo. Baju, tas, oleh oleh, semuanya lengakap kan.”
            “Lengkap dong.” Tangan Viko merogoh saku jaketnya. Sepertinya ia mengambil sesuatu. Tetapi ia agak kesusahan saat ia mengambilnya. Sebuah kotak kecil berwarna merah berhasil ia keluarkan. “Liat deh.”
            Dhea penasaran. “Apaan nih.” Dhea meraih kotak itu dan membukanya. “Waahhh.” Tangan Dhea gemetar. Ia terbelalak. Sebuah cincin emas cantik diberikan oleh sosok lelaki dihadapannya. “Cantik banget Vik.” Katanya lagi. Ia tersenyum gembira. Dicabutnya cincin itu dari tempat kotak itu dan menimang nimang cincin itu. Benar benar bagus banget. Ia tak percaya Viko akan memberikan cincin semanis itu untuknya. Dhea sumringah.
            Dhea melihat detail cincin itu, Ia menemukan suatu hal yang membuatnya sangat terkejut. Sebuah nama terukir jelas. ‘Kirana’. Ternyata cincin itu bukan untuknya. Melainkan untuk Kirana yang juga sahabat lamanya di Jakarta. Dhea menyembunyikan rasa kecewanya dengan sedikit candaan. “Loe masih cinta sama Kirana?” Tanyanya penasaran.
            “Iya lah Dhe. Dia itu cinta pertama gue dan seterusnya akan cinta sama dia.”
            “Tapi, bukannya loe udah ditolak mentah mentah ya sama dia.” Dhea menata kembali kata katanya untuk menyembunyikan perasaannya.
            “Iya sih, tapi pas dia tau gue kuliah diluar negri. Dia ngasih kesempatan ke gue. Kalok gue udah jadi orang yang sukses. Dia janji dia bakal mertimbangin gue jadi pacarnya.”
            “Loe yakin?” Tanya Dhea lagi.
            Viko tersenyum. “Pastilah gue yakin. Gue cinta banget sama dia. Gue yakin dia bakal nerima ketulusan gue.”
            Dhea tersenyum. “Ok. Good luck ya buat semuanya.”
            “Setelah gue bener bener diterima kerja diperusahaan tempat gue ngelamar itu. Gue pengen langsung ngelamar dia.”
            “Apa?” Dhea nyesek mendengar kata kata terakhir Viko. Namun Dhea tetap saja masih tersenyum mencoba membendung air matanya yang sudah mulai keluar.
            Pesawat Viko sudah akan berangkat. Viko berpamitan pada Dhea. Sebuah pelukan hangat diterima oleh Dhea. Sepertinya Dhea tak ingin melepaskan pelukan ini. Ia ingin segera menghentikan waktu untuk tetap bersama Viko seperti ini. Tapi malang, Viko dan Dhea tetap berpisah. Dhea hanya bisa melihat punggung Viko berjalan menjauh. Saat itu juga Dhea menumpahkan tangisannya. Ia tak rela. Ia tak rela harus kehilangan Viko. Ia tak rela harus melihat Viko bersama orang lain. Andaikan dia tahu, kalok Dhea sangat amat mencintainya.
# # #
            Viko tiba di bandara Soekarno Hatta tepat pukul 5 pagi. Huaaahhh.. Ia menghirup nafas dalam dalam. Sudah lama sekali ia tak merasakan udara Indonesia. Hiruk pikuk kota Jakarta belum begitu dirasakannya. Maklum, jam segini orang orang masih pada molor di rumahnya masing masing.
            Mata Viko liar, sebenernya ia sudah janjian dengan Karina untuk menjemputnya. Tapi nihil, dia tidak bertemu Kirana. Tangannya meraih Hand Phone dan memanggilnya. Tapi sayang, HP Kirana tidak aktif. Padahal rasa kangennya pada gadis pujaannya sudah diujung tanduk, ia sangat ingin bertemu dengan Kirana. Viko terduduk, menunggu Kirana. Mungkin dia hanya telat sebentar. Ditimang timang foto Kirana yang dijadikan walpaper HandPhonenya. “Aku kangen kamu ....” Desisnya.
            Jam sudah menunjukkan pukul 7, dua jam ia menunggui gadisnya tapi tak ada hasil. Ia mencoba memanggilnya tapi masih tidak aktif. Akhirnya, ia memutuskan untuk pulang sendiri naik taxi.
            Setibanya dirumah, Viko disambut layaknya Presiden. Semua keluarganya berkumpul menemui dan mengerumuni Viko. Viko geli sendiri, saat semuanya berebutan untuk memeluk dirinya. Tapi, ia juga tak menyembunyikan kegembiraannya saat melihat wajah orang tuanya tersenyum bangga.
            Hari sudah larut, tapi Viko tak sabar ingin menemui Kirana. Ia bahkan nekat pergi kerumahnya. Diketok pintu rumahnya keras. Menunggu jawaban dari siempunya rumah. Penantian Viko membuahkan hasil. Pinu dibuka, senyum manis Kirana terpasang jelas.
            “Hai ..” Viko gerogi. “Apa kabar?” Viko salah tingkah. Sudah empat tahun ia tak bertemu orang yang sangat dicintainya dan sekarang berdiri dihadapannya. Tanpa ba bi bu, ia langsung memberikan sekotak cincin untuknya dan langsung melamarnya. “Kamu pernah bilang, kamu bakalan nunggu aku. Kamu bilang kamu bakalan terima aku kalok aku udah balik dan sukses. Sekarang aku udah balik, apa kamu mau terima aku?” Jantung viko berdetak keras.
            Senyum Kirana melebar. “Kamu bener bener diterima jadi manager di Perusahaan itu?”
            Viko mengangguk.
            Kirana tak bisa menyembunyikan rasa gembiranya. “I Love you too.” Kirana cepat cepat memeluk Viko. Setelah sekian lama, akhirnya Viko berhasil mendapatkan cinta Kirana.
            “Marry me ...” Viko memohon.
            “Tapi ...” Kirana nampak berfikir. Usianya masih belum begitu dewasa, tapi ia tiba tiba sudah dilamar. Apa dia sanggup untuk menikah dan menjadi seorang ibu rumah tangga.
            “Aku pengen aku udah menikah saat aku nerusin kuliah S2 ku. Aku pengen kamu nemenin aku dihari hariku nanti. Plisss, terima aku.”
            Kirana berfikir lagi. Viko bakalan kuliah lagi. Viko yang ia kenal sekarang bukanlah Viko yang dulu. Ia sudah mapan, pintar dan tambah ganteng sekarang. Nggak seperti Viko yang dulu, yang miskin yang udik yang dikiranya tak mempunyai masa depan. Kirana tak mungkin menyia nyiakan kesempatan emas ini. Dia bakalan hidup makmur kalau menikah dengan pria ini.
            “Iya, aku mau ...” Jawabnya tegas.
            Viko teramat senang. Ia memeluk Kirana dengan erat. Belum pernah ia sebahagia ini. Wanita yang ia idam idamkan menerima lamarannya.
            Hari berganti Minggu, Minggu berganti Bulan, Bulan berganti tahun. Tahun ini, tepat bulan depan, pesta pernikahan Kirana dan Viko digelar. Banyak teman temannya syok atas keputusan ini. Tak hanya usia mereka yang masih sangat muda. Apakah mereka yakin akan melangkahkan kakinya untuk benar benar menikah. Saat pertama kali mendengar berita ini, Dhea syok setengah mati. Mana mungkin Viko setega itu dan langsung menikah sementara Dhea sahabatnya dari kecil masih melanjutkan studynya diKorea. Hati Dhea benar benar hancur. Ia masih tak percaya. Seandainya Viko tahu kalau Dhea juga sangat mencintainya.
            Tapi sayang. Viko sudah mengambil keputusan. Dia akan menikah. Untuk menuruti kemauan calon istrinya yang gila kemewahan ia harus bela belain beli baju pengantin import dan pergi mengunjungi designernya sendiri.
            Naas. Ditengah perjalanan, Viko kecelakaan. Saat itu Kirana berhasil selamat. Mobil Viko dihantam dari depan oleh sebuah mini bus. Kirana hanya mengalami luka ringan karena ia duduk di jok mobil belakang menunggui barang belanjaannya. Sedangkan Viko sangat parah, mukanya sebelah kiri remuk. Guratan guratan lukanya membekas menyeramkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar