DOWNLOAD NOVEL LOVE IS YOU FREE

DOWNLOAD NOVEL LOVE IS YOU FREE

Sabtu, 04 Juli 2015

BAB 3 - Novel Sleep With The Psycho

Kau tahu apa yang paling menyakiti hatiku?
Ya. Membenci orang yang amat aku cintai mesti aku tak ingin
            Bau anyir formalin menyengat ketika mayat mayat dikeluarkan. Ketiga mayat itu berjejer rapi didepan lima orang dokter Residen yang sedang belajar mengambil gelar spesialis forensiknya.
            Bulu kuduk kelima Residen ini langsung berdiri ketika melihat mayat mayat ini sudah terbujur kaku. Mereka tidak seperti orang mati, mereka hanya nampak tertidur. Kengerian langsung membuncah ketika mendadak angin sore masuk dari jendela dan bertiup lirih menabrak kulit mereka yang kering.
            Mata Rezi perih saat ia mencoba mendekati mayat itu. Bahkan kaca mata yang ia pakai tak banyak membantu melindungi matanya. Aroma bau formalin yang menyengat inipun juga memacu isi lambungnya untuk keluar. Ia sangat mual. Ia ingin muntah. Hal yang sama juga dirasakan keempat kawannya yang sedang mengambil gelar spesialis yang sama dari dirinya.
            Seorang dokter spesialis forensik penanggung jawab mereka akhirnya datang. Ia juga sudah memakai jas, masker dan sarung tangan persis seperti apa yang muridnya kenakan.  Dokter Gading, dokter forensik paling terkenal karena ketelitian dan ketepatan dalam menyelesaikan setiap kasusnya. Dokter yang dikenal dengan loyalitasnya yang tinggi.
            “Perkenalkan mereka koleksi pribadiku.”
            Kelima residen langsung menatap dokter Gading dengan geli. Dia memperkenalkan jasat orang mati tapi santai seperti memperkenalkan barang dagangannya.
            “Yang paling ujung kanan bernama Anton. Dia orang gila yang meninggal akibat tertabrak mobil. Yang tengah bernama Modon. Lelaki yang berusaha mencuri sepeda motor disebuah kampung dan dikeroyok warga sekitar dan akhirnya berakhir disini. Dan yang paling ujung dia yang paling kusuka. Ia bernama Mira, gadis miskin sebatang kara yang akhirnya depresi dan bunuh diri.”
            Mata kelima Residen menyipit. Semua informasi itu tak penting bagi mereka. Mereka disini hanya butuh belajar.
            Dokter itu terkekeh. “Well, saya tahu hari ini adalah hari pertama kalian berada disini. Mari kita mulai saja pelajarannya dari yang paling sederhana. Diatas meja sana.”
Dokter gading menunjuk sebuah meja yang paling berada diujung sendiri. Kelima residen mengikuti arah jari dokter Gading.
“Disana sudah ada semua peralatan yang kalian gunakan untuk membedah mayat ini. Kita akan mulai pelajaran dasarnya dahulu. Saya yakin kalian sudah sangat paham tentang anatomi. Saya akan menunjukkan organ dalam mayat ini dan menunjukkan perbedaan organ yang sehat dan organ yang mengalami kerusakan atau sengaja dirusak. Karena ini penting untuk menunjukkan penyebab suatu jasat meninggal.”
Dokter Gading membenarkan posisi maskernya. Lama kelamaan ia juga tidak tahan akan bau formalin yang terus menyebar.
“Saya akan memanggil orang yang selama ini membantu saya dalam mengautopsi banyak jenasah.” Dokter Gading menoleh mencari orang itu. “Melanie!” Panggilnya.
Melanie kemudian berjalan menghampiri dokter Gading. Ia kini sudah berdiri tepat disampingnya.
“Dia Melanie, dia perawat yang selama ini membantu saya. Saya harap kalian baik baik padanya.” Terang dokter Gading.
“Mel.” Mata Rezi terbelalak melihat orang yang ia cintai berdiri tepat didepannya.
Astaga Rezi?
Melanie kaget melihat Rezi disini berjejer rapi dengan residen residen lainnya. Ia tak pernah tahu kalau Rezi akan meneruskan residen dan belajar di Rumah Sakit ini.
Mata dokter Gading menatap Rezi dan kemudian menatap Melanie.
“Bagus kalau kalian sudah saling mengenal.”         
# # #
            Suara dengungan kereta api terdengar jelas dari tempat ini. Dibawah jembatan ril kereta api, sebuah rumah tak layak pakai bekas robohan sisa sisa bangunan digusur dimana terbaring seorang wanita terlentang dengan kedua tangan dan kakinya terbogol di sudut sudut ujung ranjang ini.
            Wanita paruh baya ini menangis sesenggukan. Ia sudah menjerit sekuat tenaga tapi tak ada orang yang mampu mendengarnya karena mulutnya dibungkam dengan selembar kain. Tangan dan kakinya meronta tapi tetap tak bisa melepaskan diri.
            Pandangannya mengibas ibas. Dia memohon sebuah pertolongan. Air matanya mengucur deras melihat bayangan mengerikan yang membalikkan badannya tepat didepannya.
            “Hai sayang.” Bayangan itu membalikkan badannya membuat wanita itu terbelalak ngeri. Tapi wanita itu hanya bisa menangis dan meronta mengharap belas kasihan untuk dibebaskan.
            “Kau sangat manis. Kau akan menjadi pengantinku yang sangat cantik.”
            Bayangan itu semakin mendekat. Membelai ujung kaki, paha, perut hingga kepala wanita itu. Wanita itu semakin menjerit ketika ia sudah diciumi bayangan yang menakutkan ini.
            “Kau nakal sekali.” Bayangan hitam itu terkekeh melihat wanita yang ada dihadapannya meronta menolak akan permainannya. “Akan kubuat kau menjadi penurut manis.” Bayangan itu menyuntikkan sesuatu kedalam tubuh perempuan itu.
            Lima belas menit kemudian. Suara tangisan itu hilang. Suara ketakutan itu hilang digantikan suara kereta api yang melewati perlintasan rel kereta api ini. Wanita itu sudah tertidur. Tak lagi meronta ronta seperti tadi.
            “Kau sangat cantik jika kau diam seperti ini manis.”
            Bayangan itu tersenyum.
            “Gaun ini sangat cocok denganmu. Mari kita kenakan menggantikan bajumu yang jelek ini.”
            Bayangan itu langsung merobek baju yang wanita itu kenakan dan menggantinya dengan gaun pengantin berwarna merah yang sangat indah.
            “Kau pengantinku yang cantik. Mari kita rayakan malam pertama kita sayang.”
            Bayangan itu menyunggingkan senyumnya sangat lebar. Didalam sana dia sudah menegang, ia ingin segera memasuki pengantin barunya. Nafasnya kemudian memburu menindih pengantinnya dengan sangat liar.
            “Ah sayang. Kau sangat pintar memuaskan aku.” Ujarnya kemudian.
# # #
            Senin pagi, Melanie mendapatkan jatah liburnya dan ingin menghabiskannya dirumah saja. Walaupun Melanie tak pernah mencintai Alif sebagai anak kandungnya. Ia tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang ibu. Ia menyuapi Alif layaknya apa yang biasa ibu lakukan terhadap anaknya.
            Pintu diketuk. Seorang yang sangat Melanie kenal menampakkan batang hidungnya.
            “Hai Melanie.”
            “Mau apa lagi kau?”
            “Aku hanya ingin melihat keadaanmu dan Alif.”
            “Untuk apa?”
            “Karena aku mencintaimu dan mencintai Alif.”
            Melanie segera bangkit dan menyeret lengan Rezi, mendorongnya keluar dari rumahnya.
            “Pergi kau dari sini!”
            “Kenapa Melanie? Dulu ketika aku tidak mengunjungimu kau sering memintaku datang untuk menemuimu. Kenapa sekarang kau seperti ini?” Rezi masih menahan dirinya untuk tetap berada didalam rumah Melanie.
            “Itu masa lalu dan aku tidak mau mengulangnya lagi.” Tatapan mata Melanie tajam kearah Rezi.
            “Kenapa? Kau tahu aku menerimamu apa adanya. Kalau toh kau diperkosa dan melahirkan Alif aku sudah biang aku tidak perduli. Dan untuk mamaku? Kau tahu seharusnya kita berjuang bersama sama.”
            “Aku sudah muak dengan ucapanmu itu. Aku mohon sekarang kau pergi dari sini!”
            “Tapi Melanie. Aku sangat mencintaimu. Aku tidak tahu bagaimana hidupku jika itu tanpamu.”
            Kata kata itu langsung merasuk kejantung Melanie yang paling dalam. Air matanya menetes. Kata kata itu semakin membuat Melanie ingin menyerah. Membuatnya ingin mengakui perasaannya. Dia juga sangat mencintai Rezi.
Tidak!
            Melanie menggelengkan kepalanya.
Kau tahu Melanie? Jika kau bersama Rezi lagi itu akan menjemputmu kelubang penderitaan yang amat dalam dari yang ini. Kau seharusnya tahu bagaimana mama Rezi akan membuatmu semakin menderita! Melanie memperingatkan dirinya sendiri agar tidak luluh akan perkataan Rezi.
            “Keluar kau dari sini!” Lagi lagi Melanie mendorong Rezi dengan sekuat tenaga. Tapi tenaga Rezi begitu kuat. Melanie tak kuasa untuk terus mendorongnya.
            Melanie melangkah mundur. Ia segera menghindar. Melanie berlari kearah Alif yang duduk sendiri didepan TV dan menggendongnya berlari menuju kamarnya.
Brak!
            Melanie menutup pintu kamarnya dengan paksa.
            “Aku tahu Melanie kau juga sangat mencintaiku. Dan asal kau tahu, besok lusa atau kapanpun aku tidak akan lelah untuk datang menemuimu.”
            Didalam kamar Melanie menangis sejadi jadinya sambil memeluk Alif anaknya dengan erat. Ia terus terisak mengapa beban hidupnya sangat tinggi? Ia sudah tak sanggup lagi membohongi perasaanya. Kenapa semua begitu rumit? Ia ingin sekali menyerah.
Hening.
Tiba tiba suasana mulai sepi.
            Melanie yakin Rezi sudah pergi. Dia kini bisa bernafas lega untuk sesaat.
            “Melanie.” Suara parau mengetuk pintu kamarnya.
            Melanie sangat mengenal suara itu. Di mamanya. Mama angkatnya.
            “Kau tidak apa apa?”
Klek.
            Melanie membuka pintu. Dia masih menggendong Alif yang tanpa sadar sudah tertidur didalam gendongannya. Dia menatap mama angkatnya kemudian mengangguk.
            Rambutnya sudah berubah menjadi putih hampir semuanya. Berdirinya sudah tidak tegak lagi. Ia terus terusan batuk karena sesak yang ada di paru parunya.
Dulu mama angkatnya tidak begini sebelum usaha makanannya bangkrut. Dia terkenal sangat menomor satukan penampilan. Tapi setelah bangkrut dia depresi dan sering sakit sakitan.
“Kenapa kau membohongi perasaanmu sendiri? Bukankah kau sangat mencintai Rezi? Dia sangat tulus mencintaimu. Bersatulah kembali pada Rezi. Dan jemput kebahagiaanmu.” Kata mama angkatnya.
“Menjemput kebahagiaanku katamu? Bukankah jika aku bersama Rezi justru kau yang akan menjemput kebahagiaanmu. Kau akan memperalat Rezi karena uangnya dan membuatmu kaya seperti dulu layaknya kau memperalat aku sebagai pembantumu dahulu. Jangan fikir aku tak tahu apa sedang kau fikirkan. Mama.” Melanie menekankan kata yang terdapat pada akhir kalimatnya.
Brak!
            Pintu ditutup lagi dengan keras. Melanie menangis lagi. Begitu banyak kebencian yang ada didalam hatinya hingga ia sudah tak tahu lagi apa yang barusan ia katakan. Dia terduduk bersandarkan pintu. Menyelonjorkan kakinya. Menaruh Alif agar berada dipangkuannya. Tangan kanannya sibuk menyeka air matanya sendiri.
Tuhan.. aku sudah tak sanggup lagi. Desisnya
            Diluar kamar melanie. Mama angkatnya masih berdiri mematung menahan air mata yang akan keluar membasahi pipinya.
            “Maafkan mama atas sikapku dulu. Mama sangat menyesal.” Katanya lagi. Dia kemudian berjalan menuju kursi goyangnya dan duduk bersandar disana. Dia kemudian melamun, seperti biasanya.

3 komentar:

  1. Situs Dewa poker terpercaya Di Indonesia ✚ DEWAKARTU ✚ dapatkan permainan ceme keliling online terbaik sekarang juga, cukup dengan 1 akun sudah bisa bermain 6 games sekaligus!

    BalasHapus