Kau tahu apa yang paling menyakiti
hatiku?
Ya. Membenci orang yang amat aku
cintai mesti aku tak ingin
Bau anyir formalin menyengat ketika
mayat mayat dikeluarkan. Ketiga mayat itu berjejer rapi didepan lima orang
dokter Residen yang sedang belajar mengambil gelar spesialis forensiknya.
Bulu kuduk kelima Residen ini
langsung berdiri ketika melihat mayat mayat ini sudah terbujur kaku. Mereka
tidak seperti orang mati, mereka hanya nampak tertidur. Kengerian langsung
membuncah ketika mendadak angin sore masuk dari jendela dan bertiup lirih
menabrak kulit mereka yang kering.
Mata Rezi perih saat ia mencoba
mendekati mayat itu. Bahkan kaca mata yang ia pakai tak banyak membantu
melindungi matanya. Aroma bau formalin yang menyengat inipun juga memacu isi
lambungnya untuk keluar. Ia sangat mual. Ia ingin muntah. Hal yang sama juga
dirasakan keempat kawannya yang sedang mengambil gelar spesialis yang sama dari
dirinya.
Seorang dokter spesialis forensik
penanggung jawab mereka akhirnya datang. Ia juga sudah memakai jas, masker dan
sarung tangan persis seperti apa yang muridnya kenakan. Dokter Gading, dokter forensik paling terkenal
karena ketelitian dan ketepatan dalam menyelesaikan setiap kasusnya. Dokter yang
dikenal dengan loyalitasnya yang tinggi.
“Perkenalkan mereka koleksi
pribadiku.”
Kelima residen langsung menatap
dokter Gading dengan geli. Dia memperkenalkan jasat orang mati tapi santai
seperti memperkenalkan barang dagangannya.
“Yang paling ujung kanan bernama
Anton. Dia orang gila yang meninggal akibat tertabrak mobil. Yang tengah bernama
Modon. Lelaki yang berusaha mencuri sepeda motor disebuah kampung dan dikeroyok
warga sekitar dan akhirnya berakhir disini. Dan yang paling ujung dia yang
paling kusuka. Ia bernama Mira, gadis miskin sebatang kara yang akhirnya
depresi dan bunuh diri.”
Mata kelima Residen menyipit. Semua
informasi itu tak penting bagi mereka. Mereka disini hanya butuh belajar.
Dokter itu terkekeh. “Well, saya
tahu hari ini adalah hari pertama kalian berada disini. Mari kita mulai saja
pelajarannya dari yang paling sederhana. Diatas meja sana.”
Dokter gading menunjuk sebuah meja yang paling berada diujung
sendiri. Kelima residen mengikuti arah jari dokter Gading.
“Disana sudah ada semua peralatan yang kalian gunakan untuk
membedah mayat ini. Kita akan mulai pelajaran dasarnya dahulu. Saya yakin
kalian sudah sangat paham tentang anatomi. Saya akan menunjukkan organ dalam
mayat ini dan menunjukkan perbedaan organ yang sehat dan organ yang mengalami
kerusakan atau sengaja dirusak. Karena ini penting untuk menunjukkan penyebab
suatu jasat meninggal.”
Dokter Gading membenarkan posisi maskernya. Lama kelamaan ia juga
tidak tahan akan bau formalin yang terus menyebar.
“Saya akan memanggil orang yang selama ini membantu saya dalam
mengautopsi banyak jenasah.” Dokter Gading menoleh mencari orang itu.
“Melanie!” Panggilnya.
Melanie kemudian berjalan menghampiri dokter Gading. Ia kini sudah
berdiri tepat disampingnya.
“Dia Melanie, dia perawat yang selama ini membantu saya. Saya harap
kalian baik baik padanya.” Terang dokter Gading.
“Mel.” Mata Rezi terbelalak melihat orang yang ia cintai berdiri
tepat didepannya.
Astaga Rezi?
Melanie kaget melihat Rezi disini berjejer rapi dengan residen
residen lainnya. Ia tak pernah tahu kalau Rezi akan meneruskan residen dan
belajar di Rumah Sakit ini.
Mata dokter Gading menatap Rezi dan kemudian menatap Melanie.
“Bagus kalau kalian sudah saling mengenal.”
# #
#
Suara dengungan kereta api terdengar
jelas dari tempat ini. Dibawah jembatan ril kereta api, sebuah rumah tak layak
pakai bekas robohan sisa sisa bangunan digusur dimana terbaring seorang wanita
terlentang dengan kedua tangan dan kakinya terbogol di sudut sudut ujung
ranjang ini.
Wanita paruh baya ini menangis
sesenggukan. Ia sudah menjerit sekuat tenaga tapi tak ada orang yang mampu
mendengarnya karena mulutnya dibungkam dengan selembar kain. Tangan dan kakinya
meronta tapi tetap tak bisa melepaskan diri.
Pandangannya mengibas ibas. Dia
memohon sebuah pertolongan. Air matanya mengucur deras melihat bayangan
mengerikan yang membalikkan badannya tepat didepannya.
“Hai sayang.” Bayangan itu
membalikkan badannya membuat wanita itu terbelalak ngeri. Tapi wanita itu hanya
bisa menangis dan meronta mengharap belas kasihan untuk dibebaskan.
“Kau sangat manis. Kau akan menjadi
pengantinku yang sangat cantik.”
Bayangan itu semakin mendekat.
Membelai ujung kaki, paha, perut hingga kepala wanita itu. Wanita itu semakin
menjerit ketika ia sudah diciumi bayangan yang menakutkan ini.
“Kau nakal sekali.” Bayangan hitam
itu terkekeh melihat wanita yang ada dihadapannya meronta menolak akan
permainannya. “Akan kubuat kau menjadi penurut manis.” Bayangan itu
menyuntikkan sesuatu kedalam tubuh perempuan itu.
Lima belas menit kemudian. Suara
tangisan itu hilang. Suara ketakutan itu hilang digantikan suara kereta api
yang melewati perlintasan rel kereta api ini. Wanita itu sudah tertidur. Tak
lagi meronta ronta seperti tadi.
“Kau sangat cantik jika kau diam
seperti ini manis.”
Bayangan itu tersenyum.
“Gaun ini sangat cocok denganmu.
Mari kita kenakan menggantikan bajumu yang jelek ini.”
Bayangan itu langsung merobek baju
yang wanita itu kenakan dan menggantinya dengan gaun pengantin berwarna merah
yang sangat indah.
“Kau pengantinku yang cantik. Mari
kita rayakan malam pertama kita sayang.”
Bayangan itu menyunggingkan
senyumnya sangat lebar. Didalam sana dia sudah menegang, ia ingin segera
memasuki pengantin barunya. Nafasnya kemudian memburu menindih pengantinnya
dengan sangat liar.
“Ah sayang. Kau sangat pintar
memuaskan aku.” Ujarnya kemudian.
# #
#
Senin pagi, Melanie mendapatkan
jatah liburnya dan ingin menghabiskannya dirumah saja. Walaupun Melanie tak
pernah mencintai Alif sebagai anak kandungnya. Ia tetap menjalankan
kewajibannya sebagai seorang ibu. Ia menyuapi Alif layaknya apa yang biasa ibu
lakukan terhadap anaknya.
Pintu diketuk. Seorang yang sangat
Melanie kenal menampakkan batang hidungnya.
“Hai Melanie.”
“Mau apa lagi kau?”
“Aku hanya ingin melihat keadaanmu
dan Alif.”
“Untuk apa?”
“Karena aku mencintaimu dan
mencintai Alif.”
Melanie segera bangkit dan menyeret
lengan Rezi, mendorongnya keluar dari rumahnya.
“Pergi kau dari sini!”
“Kenapa Melanie? Dulu ketika aku
tidak mengunjungimu kau sering memintaku datang untuk menemuimu. Kenapa
sekarang kau seperti ini?” Rezi masih menahan dirinya untuk tetap berada
didalam rumah Melanie.
“Itu masa lalu dan aku tidak mau
mengulangnya lagi.” Tatapan mata Melanie tajam kearah Rezi.
“Kenapa? Kau tahu aku menerimamu apa
adanya. Kalau toh kau diperkosa dan melahirkan Alif aku sudah biang aku tidak
perduli. Dan untuk mamaku? Kau tahu seharusnya kita berjuang bersama sama.”
“Aku sudah muak dengan ucapanmu itu.
Aku mohon sekarang kau pergi dari sini!”
“Tapi Melanie. Aku sangat
mencintaimu. Aku tidak tahu bagaimana hidupku jika itu tanpamu.”
Kata kata itu langsung merasuk
kejantung Melanie yang paling dalam. Air matanya menetes. Kata kata itu semakin
membuat Melanie ingin menyerah. Membuatnya ingin mengakui perasaannya. Dia juga
sangat mencintai Rezi.
Tidak!
Melanie menggelengkan kepalanya.
Kau tahu Melanie? Jika kau bersama
Rezi lagi itu akan menjemputmu kelubang penderitaan yang amat dalam dari yang
ini. Kau seharusnya tahu bagaimana mama Rezi akan membuatmu semakin menderita! Melanie
memperingatkan dirinya sendiri agar tidak luluh akan perkataan Rezi.
“Keluar kau dari sini!” Lagi lagi
Melanie mendorong Rezi dengan sekuat tenaga. Tapi tenaga Rezi begitu kuat.
Melanie tak kuasa untuk terus mendorongnya.
Melanie melangkah mundur. Ia segera
menghindar. Melanie berlari kearah Alif yang duduk sendiri didepan TV dan
menggendongnya berlari menuju kamarnya.
Brak!
Melanie menutup pintu kamarnya
dengan paksa.
“Aku tahu Melanie kau juga sangat
mencintaiku. Dan asal kau tahu, besok lusa atau kapanpun aku tidak akan lelah
untuk datang menemuimu.”
Didalam kamar Melanie menangis
sejadi jadinya sambil memeluk Alif anaknya dengan erat. Ia terus terisak
mengapa beban hidupnya sangat tinggi? Ia sudah tak sanggup lagi membohongi
perasaanya. Kenapa semua begitu rumit? Ia ingin sekali menyerah.
Hening.
Tiba
tiba suasana mulai sepi.
Melanie yakin Rezi sudah pergi. Dia kini
bisa bernafas lega untuk sesaat.
“Melanie.” Suara parau mengetuk
pintu kamarnya.
Melanie sangat mengenal suara itu.
Di mamanya. Mama angkatnya.
“Kau tidak apa apa?”
Klek.
Melanie membuka pintu. Dia masih
menggendong Alif yang tanpa sadar sudah tertidur didalam gendongannya. Dia
menatap mama angkatnya kemudian mengangguk.
Rambutnya sudah berubah menjadi
putih hampir semuanya. Berdirinya sudah tidak tegak lagi. Ia terus terusan
batuk karena sesak yang ada di paru parunya.
Dulu mama angkatnya tidak begini sebelum usaha makanannya bangkrut.
Dia terkenal sangat menomor satukan penampilan. Tapi setelah bangkrut dia
depresi dan sering sakit sakitan.
“Kenapa kau membohongi perasaanmu sendiri? Bukankah kau sangat
mencintai Rezi? Dia sangat tulus mencintaimu. Bersatulah kembali pada Rezi. Dan
jemput kebahagiaanmu.” Kata mama angkatnya.
“Menjemput kebahagiaanku katamu? Bukankah jika aku bersama Rezi
justru kau yang akan menjemput kebahagiaanmu. Kau akan memperalat Rezi karena
uangnya dan membuatmu kaya seperti dulu layaknya kau memperalat aku sebagai
pembantumu dahulu. Jangan fikir aku tak tahu apa sedang kau fikirkan. Mama.”
Melanie menekankan kata yang terdapat pada akhir kalimatnya.
Brak!
Pintu ditutup lagi dengan keras.
Melanie menangis lagi. Begitu banyak kebencian yang ada didalam hatinya hingga
ia sudah tak tahu lagi apa yang barusan ia katakan. Dia terduduk bersandarkan
pintu. Menyelonjorkan kakinya. Menaruh Alif agar berada dipangkuannya. Tangan
kanannya sibuk menyeka air matanya sendiri.
Tuhan.. aku sudah tak sanggup lagi.
Desisnya
Diluar kamar melanie. Mama angkatnya
masih berdiri mematung menahan air mata yang akan keluar membasahi pipinya.
“Maafkan mama atas sikapku dulu.
Mama sangat menyesal.” Katanya lagi. Dia kemudian berjalan menuju kursi
goyangnya dan duduk bersandar disana. Dia kemudian melamun, seperti biasanya.
bab 4 nya??
BalasHapusSitus Dewa poker terpercaya Di Indonesia ✚ DEWAKARTU ✚ dapatkan permainan ceme keliling online terbaik sekarang juga, cukup dengan 1 akun sudah bisa bermain 6 games sekaligus!
BalasHapusbagus ini novel nya
BalasHapus