Aku
sudah menyiapkan racun, pisau dan seutas tali untuk membunuh diriku sendiri
kelak
jika aku sudah tidak kuat lagi.
Disebuah sudut Rumah Sakit, Roy
memulai penyelidikannya dengan mendatangi dokter forensik yang menangani korban
yang menjadi kasusnya kali ini. Roy nampak percaya diri dengan menggunakan jas
dan kaca mata hitamnya.
Dokter forensik yang dikenal bernama
Gading itu memberikan satu berkas lengkap tentang penyelidikannya kepada Roy.
“Korban meninggal kira kira dua hari setelah ditemukan. Agak sulit
mempercayai ini, tapi tersangka menggunakan suntikan mematikan untuk membunuh
korbannya.”
Roy membuka kaca matanya kemudian menyipit.
“Ya. Jenis suntikan yang sangat mematikan, membunuh dengan sangat
cepat. Yang langsung menghentikan kinerja jantung korban.”
Kepala Roy menggeleng ketika mengeluarkan berkas yang baru saja ia
terima. Beberapa foto dan kertas hasil penyelidikan. Bibir Roy menyungging
sebagian ketika melihat foto korbannya yang menggunakan baju pengantin.
“Dan ada satu hal lagi.”
“Selaput dara korban terkoyak. Tapi tak ada jejak sperma disana.
Tersangka sangat bersih memperkosa korbannya ini.”
Roy hanya tersenyum sinis. “Kondom.” Celetuknya kemudian.
“Diduga setelah dibunuh korban diperkosa.”
“Baik. Berkas ini akan saya pelajari lagi dikantor. Terima kasih
banyak.” Ucap Roy kemudian menepuk pundak dokter itu kemudian pergi.
Disini, Gading hanya memperhatikan Roy dan beberapa polisi itu
menjauh dari dirinya. Ia kemudian mendesah dan menggeleng. Paling tidak,
tugasnya sudah selesai. Dia sangat lelah, ia ingin istirahat.
# # #
Bau anyir formalin menyengat ketika jasat
korban dikeluarkan dari kamar mayat. Suara tangisan keluarga pecah, memecah
kesunyian malam. Jeritan tangis keluarga meledak ditengah keheningan malam yang
tenang ini. Sanak keluarganya tak percaya akan ditinggalkan Manda secepat ini.
Disini Melanie hanya mematung
mengamati mereka dengan tatapan kosong. Dari sudut ruangan Melanie hanya bisa
melihat mereka. Sorotan matanya tajam ketika melihat jenazah Manda sang korban
diderek keluar dari kamar mayat ini menuju Ambulance yang sudah siap untuk
menghantarkannya ke rumah duka.
Matanya menyipit. Kedua tangan
Melanie meremas rok suster yang ia kenakan.
Kau
sungguh beruntung. Aku cemburu padamu. Ketika kau mati. Begitu banyak orang
yang sedih akan kehilanganmu.
Kau
sungguh beruntung. Aku cemburu padamu. Kematianmu datang begitu cepat dan
segera melupakan urusanmu didunia ini.
Kau
sungguh beruntung. Aku cemburu padamu. Kau tak perlu repot repot mempersiapkan
pisau, racun ataupun seutas tali untuk bisa mati.
# #
#
Sementara itu, disebuah ruangan.
Dimana kertas kertas menumpuk. Ribuan map tersebar diatas meja dengan satu buah
komputer dan lampu neon kecil yang hanya mampu menerangi ruang kerja ini.
Roy disini duduk, mempelajari berkas
yang diberikan dokter tadi ditemani dengan seorang rekan kerjanya yang usianya
lima tahun lebih muda darinya. Sedari tadi Roy nampak berkonsentrasi. Melihat
kertas dan berkas ini satu persatu dengan teliti.
Jas hitam yang ia kenakan sudah
jatuh dibawah lantai. Kini ia hanya memakai hem putih dengan kancing bagian
atas yang terbuka. Muka Roy menekuk, tangannya memegangi kepalanya yang otaknya
sudah mulai menegang.
“Suntikan?” Celetuknya lirih.
Kawan yang ada disampingnya
tersentak. Dan langsung melongos menatap Roy.
“Dari mana tersangka mendapatkan
semua bahan itu?”
“Itu yang sedang kufikirkan.”
“Barang seperti itu tidak mungkin
didapatkan secara cuma cuma dipasaran.”
“Aku tahu. Yang pasti dia bukan
orang sembarangan.”
# #
#
“Melanie.”
Seorang wanita paruh baya dengan
dandanannya yang mencolok, berpakaian sangat ketat sehingga menununjukkan
bentuk tubuhnya yang sexy memanggil Melanie yang duduk seorang diri dibangku
taman Rumah Sakit yang masih memakai seragam susternya.
Melanie menoleh. Orang itu sudah
datang. Orang yang sudah mengundangnya untuk datang menemuinya. Melanie
mendesah. Sebenarnya ia sudah tak mau lagi bertemu atau berurusan lagi dengannya.
“Terima kasih kau sudah datang dan
meluangkan waktunya untukku.”
Wanita itu sudah berdiri tepat
didepannya. Melanie hanya menatap wanita yang tiga puluh tahun lebih tua
darinya itu dengan tatapan kosong.
“Well, sepertinya aku harus langsung
bicara padamu ke pokok permasalahannya.”
Wanita itu langsung duduk berjejer
dengan Melanie. Sebelumnya ia mengambil sebungkus rokok yang ada didalam tas
jinjingnya, mengambil satu batang dan menyalakannya dengan sungutan api yang
sudah ia persiapkan.
Kepala Melanie agak sedikit
menggeleng kearah samping menghindari asap yang mengepul dari mulut wanita itu.
“Kau mau?” Wanita itu menawari
Melanie dengan rokok yang ia bawa. Mengacung acungkan satu bungkus rokok
didepan muka Melanie.
“Tidak. Terima kasih.” Tolak
Melanie.
Bibir wanita itu menyungging
sedikit. “Oke. Tak apa.” Dia langsung menaruh rokoknya kembali kedalam tasnya.
“Aku sudah bilang padamu jangan
dekati Rezi lagi. Aku tahu kau diam diam masih berhubungan dengannya.”
“Aku tidak pernah lagi berurusan
dengannya.”
“Jangan bohong! Aku tahu kalau kemarin
kau menemui Rezi.”
“Dia yang datang menemuiku.”
Tawa wanita itu meledak. “Bukankah
kau yang selama ini mendekati Rezi.”
Kali ini Melanie berani menatap
wanita itu dengan mata yang lebar. “Kau salah. Aku tidak pernah mendekati dia
dan aku sudah muak berurusan dengannya bahkan semua orang yang ada
dikehidupannya!”
PLAK.
Satu tamparan keras melayang kemuka
Melanie.
“Muak katamu? Kau perempuan hina
menjijikkan beraninya kau bicara seperti itu?” Muka wanita itu merah padam
ketika dia dilecehkan seperti ini.
Melanie hanya memejamkan matanya.
Merasakan panas yang ada dipipi kirinya. Rasa sakit itu langsung menjalar
kehatinya. Ini sudah sekian kalinya wanita ini memperlakukan dia seperti ini.
“Oke.” Wanita ini mengatur nafasnya.
Menghisap rokok kemudian menatap Melanie lagi. “Maafkan aku.” Katanya lagi.
Air mata Melanie perlahan menetes.
Namun ia menunduk. Ia tak mau wanita itu tahu kalau dirinya menangis. Ia tak
mau dikira lemah. Semakin dia lemah semakin wanita ini memperlakukan dia
semaunya.
“Kau seharusnya tahu. Kau bukanlah
wanita yang tepat untuk Rezi. Aku tidak mau dia menikahi wanita yang
menjijikkan dan tak sederajat dengan kita. Lagipula kau sudah menjadi wanita
bekas dari laki laki yang sudah memperkosamu. Aku tidak tahu jadinya anakku
akan menikah dengan wanita yang sudah mempunyai anak dari hasil pemerkosaan. Kami
keluarga bangsawan dan kami tidak mau nama kami tercoreng hanya karena kau.”
Satu lagi penghinaan yang terang
terangan dilontarkan dari wanita ini. Sakit hatinya bertambah dan air matanya
tak mau berhenti mengalir.
“Untuk terakhir kalinya aku mohon
padamu. Rezi saat ini tengah menjalankan wasiat ayahnya sebelum meninggal.
Ayahnya sangat ingin Rezi menjadi dokter yang hebat dan mempunyai masa depan
yang cemerlang. Dan aku tidak mau wasiat suamiku hancur jika Rezi nekat
menikahimu. Aku juga tidak mau masa depan Rezi hancur.”
Wanita itu kemudian membuang putung
rokok yang baru saja ia hisap. Kedua tangannya kini memegang wajah melanie
dengan lembut. Menatap Melanie yang matanya sudah mulai memerah karena
tangisnya yang tak kunjung mau berhenti.
“Aku mohon padamu. Jauhi anakku.”
Melanie seperti bicara pada orang
yang mempunyai kepribadian ganda. Ia sudah tak kuat lagi jika harus disakiti
terus terusan seperti ini. Akhirnya dalam dekapan kedua tangan wanita itu
Melanie menganggukkan kepalanya.
# #
#
Hujan badai. Gadis itu terengah
engah meminta pertolongan ditengah perkebunan teh yang sangat luas. Ia terus
berlari berusaha menyelamatkan diri. Kaos yang ia pakai sudah robek compang
camping sampai hampir lepas dari tubuhnya.
“Tolong!!” Teriaknya lagi.
Na’as. Tak ada satupun orang yang
mampu mendengar teriakannya ditengah perkebunan teh yang membentang luas di
kampung ini. Namun suara dua orang pemuda yang mengejarnya kian keras. Mereka
malah tertawa bersama sama.
“Lepaskan saya!”
Gadis itu makin mempercepat larinya.
Nafasnya tersengal sengal menahan isak tangisnya. Kakinya terhuyung huyung
berlari diatas tanah yang tidak rata ini. Namun ia tetap berusaha untuk
menyelamatkan diri.
“Mau lari kemana kau manis?”
Suara tawa menggelegar bersamaan
dengan suara petir yang saling sahut. Dua pemuda itu akhirnya menyebar dan
mencari cara untuk menangkap gadis mungil mangsanya itu.
“Tolong! Jangan!”
Gadis itu meronta ketika lengannya
berhasil digeret oleh salah seorang pemuda yang mengejarnya. Pemuda itu
langsung mendorongnya jatuh ketanah sehingga tubuhnya bermandikan lumpur.
“Jangan!”
Dia terus meronta berusaha
melepaskan dirinya dari cengkeraman tangan dari kedua bajingan ini. Tapi tidak
bisa, kaki dan tangannya sudah terkunci oleh kedua lelaki ini. Mereka berhasil
membuat gadis ini tak berdaya terbaring diatas tanah yang sudah menjadi lumpur
karena air hujan.
“Lepaskan!”
Kedua pemuda itu terus teratawa.
Mereka langsung melepas baju dan melorotkan celana mereka secara bersamaan.
“Semakin kau menolak aku semakin
terangsang sayang.”
Pemuda pertama langsung menciumi
bibir gadis itu dengan buas. Gadis itu tetap menggeleng geleng melemparkan
kepalanya kesegala arah menghindari ciumannya. Tapi lelaki itu tetap memaksa ia
terus berusaha mendapatkan bibirnya.
Cuihhhh.
Gadis ini meludah tepat dimuka
pemuda yang pertama menindihnya.
“Kurang ajar!”
Satu hantaman keras mendarat kemuka
gadis ini hingga darah mengalir dari hidung dan pinggir bibirnya. Gadis itu
langsung merasakan pusing dikepala dan pandangannya mengabur.
Pemuda kedua dengan liarnya langsung
menggerayangi tubuh gadis ini dan segera melepas kaos yang ia kenakan dan
melorotkan celananya sampai turun kebawah. Gadis itu sekarang hanya bisa
menangis dan terus menangis. Harga dirinya sudah hancur dinjak injak oleh kedua
pemuda ini.
“Aaaaaaaa!!!!”
Suara teriakan pecah keluar
membahana dari mulut gadis kecil tak berdaya ini ketika pemuda yang menindihnya
mengoyak dan menembus kedalam dirinya.
“Melanie Melanie Melanie!!!!!!”
Sayup sayup terdengar suara mamanya
menggoyang goyangkan tubuhnya sambil memanggil manggil dirinya yang sedang menjerit
jerit terbaring diatas tempat tidurnya.
“Bangun Melanie.”
Perlahan Melanie membuka matanya.
Melihat wajah mama angkatnya yang tiba tiba muncul dihadapannya. Melanie
kemudian bangkit dari tidurnya, ia melirik bayinya yang ikutan terbangun
mengamati dirinya.
“Kau tidak papa?”
Melanie mengangguk cepat. Ia
bernafas lega. Rupanya ia sedang bermimpi. Kepalanya pusing, ia masih tak bisa
melupakan kejadian biadab itu. Setiap hari ia terus dihantui oleh masa lalunya
yang kelam. Dan dengan kehadiran Alif bayinya, malah memperburuk keadaan bagi
dirinya.
Melanie melirik bayinya yang masih melongo menatap Melanie yang
sedari tadi menjerit jerit didalam tidurnya.
“Syukurlah. Kau tidurlah lagi biarkan
Alif mama yang urus.”
Melanie mengangguk lagi. Ia kemudian
merebahkan tubuhnya lagi dan menarik selimutnya dan segera menutup matanya
mengistirahatkan otaknya yang sangat lelah.
Aku ingin tidur. Bisakah untuk
selamanya?
aku juga ingin tidur denganmu sayangku
BalasHapushttp://dewakartu168.com/ Dewa Poker dan Ceme Keliling Online adalah situs permainan Capsa Susun terpercaya yang dapat anda akses dengan mudah.
Use this diet hack to drop 2 lb of fat in just 8 hours
BalasHapusAt least 160000 women and men are using a easy and SECRET "water hack" to burn 1-2lbs each and every night as they sleep.
It is simple and works all the time.
Here's how you can do it yourself:
1) Get a glass and fill it up with water half full
2) Proceed to learn this crazy hack
and you'll become 1-2lbs lighter in the morning!