DOWNLOAD NOVEL LOVE IS YOU FREE

DOWNLOAD NOVEL LOVE IS YOU FREE

Sabtu, 04 Juli 2015

BAB 1 - Novel Sleep With The Psycho

Hal yang paling indah dalam hidupku adalah, ketika aku sudah berhenti bernafas dan melupakan semua urusan yang ada didunia ini
            Malam hari, ketika sorotan lampu temaram menemani seorang wanita berpakaian serba putih duduk disebuah kursi lorong rumah sakit dengan pandangan kosong mengamati setiap orang lalu lalang yang lewat didepannya. Raut mukanya sendu, matanya menyipit.
Aku iri dengan hidup kalian. Lahir dengan bahagia, dibesarkan di keluarga yang lengkap dan mengenal nama ayah dan ibu kalian.
Aku iri dengan hidup kalian. Dapat tertawa dengan puasnya, dapat makan dan minum apa saja, menghabiskan uang berapapun untuk hidup glamour dan pesta pora.
Aku iri dengan hidup kalian. Tahu apa tujuan hidupmu. Tahu bagaimana menyenangkan hidup dan tahu bagaimana caranya bahagia.
Aku iri dengan hidup kalian. Berbagi kasih dengan orang yang kau sayangi. Berbagi derita dengan orang yang kau cintai. Membesarkan buah hati dengan kasih cinta kalian.
Bahkan aku? Aku tak punya 1% pun bagian dari hidup kalian.
            Mata perempuan itu menyapu, ia kemudian bangkit dari kursinya, memasukkan tangannya kekantong, menegakkan kepalanya yang masih dengan tatapan kosong dan berjalan menyusuri lorong ini.
            “Melanie.” Seorang Dokter Forensik datang terburu buru memanggil namanya.
            Melanie menoleh, mengamati dokter dengan rambut yang acak acakan. Ia nampak sangat tergesa gesa.
            “Bantu saya mengautopsi jasad asing di ruang autopsy sekarang.”
            “Baik dok.”
Inilah ceritaku. Menerima perintah dan melaksanakan perintah. Aku hanyalah seorang bawahan. Perawat disebuah Rumah Sakit dengan upah yang habis untuk menghidupi anak haram yang lahir dari rahimku dan seorang mama angkatku yang sakit sakitan.
Inilah ceritaku. Orang yang tak pernah sekalipun merasakan kebahagiaan. Bahkan masa kecilpun kuhabiskan dengan hidup dipanti asuhan. Aku kira aku akan bahagia ketika aku diangkat anak. Tapi ternyata aku salah, aku hanya diperalat. Dia tega menggunakan aku sebagai pembantunya.
Kini dia sedang sakit, bahkan aku? seperti terjebak dalam hidupnya. Mengurusinya dan memberinya makan sekarang adalah kewajibanku.
            Melanie kini sudah mengenakan sarung tangan, jas, lengkap dengan maskernya. Ia sudah berada didalam ruang autopsy.
            “Lepaskan seluruh pakaiannya. Kita akan memulai autopsinya sekarang juga.”
            Melanie menganggukkan kepalanya dan menghampiri jasad yang sudah terbujur kaku disana.
Astaga!
            Mata Melanie melotot.
Siapa dia? Mengapa dia? Mengapa ia meninggal dengan baju pengantin?Dan mengapa dia tampak begitu cantik?
# # #
            Orang orang berseragam polisi nampak berkerumun di Tempat Kejadian Perkara. Batas kuning sudah dipasang tanda orang tidak boleh melintasinya. Ditempat ini korban ditemukan. Duduk manis dengan gaun pengantin dan menggenggam bunga di gedung kosong ini.
            Anjing anjingpun menggonggong saling sahut saat diminta petugas polisi untuk mngendus siapa dalang dibalik pembunuhan ini. Suara sirine sedari tadi terdengar. Banyak orang datang ketempat ini demi mengobati rasa penasaran mereka.
Kilatan kilatan kamera membanjiri tempat ini, reporter wartawan saling berebut mencari gambar paling bagus. Mereka nampak berlari berbondong bondong saat seorang detektif yang namanya cukup terkenal datang ketempat itu.
“Semuanya minggir minggir.” Dua orang bodyguard berbadan kekar melindungi detektif itu dari banyak nya wartawan yang mulai mengerumuninya.
Mata Roy menyipit saat mempelajari berkas yang baru saja diserahkan polisi kepadanya. Kejadian ini sangat langka dan baru pertama kali terjadi saat Roy sudah sepuluh tahun menjabat sebagai detektif yang dikenal handal dilingkungannya.
“Tersangaka masih buron.” Ujar seorang lelaki berseragam itu. “Sampai saat ini kita belum menemukan titik terang. Tersangka sangat pandai membersihkan barang bukti. Saya kira tersangka sangat berpengalaman dalam hal ini.”
Roy hanya menyunggingkan sedikit bibirnya. “Sepintar pintarnya dia membersihkan para korbannya. Dia tidak bisa mengalahkan hidungku yang pandai mengendus.” Ujar Roy dengan percaya dirinya.
Polisi itu nampak mngernyit. “Kita masih menunggu autopsi bagaimana cara Tersangka membunuh korbannya.”
“Hubungi Rumah Sakit kapan hasilnya akan keluar.”
“Sudah saya lakukan. Paling cepat besok.”
Roy kemudian menguap. “Bagus. Paling tidak aku bisa tidur untuk malam ini.” Dia menguap dengan lebarnya dan meninggalkan tempat itu dan tak lupa menepuk pundak polisi itu.
Polisi itu hanya mendesis. Beradu mata dengan sesama polisi yang ada disampingnya. “Sombong sekali dia.” Polisi itu kemudian meludah jijik melihat punggung detektif itu pergi ditemani dengan dua orang bodyguardnya.
Seseorang dari kerumunan penonton nampak begitu khawatir. Sedari tadi ia hanya menggenggam ponselnya berusaha menghubungi seseorang. Tapi ia mulai putus asa. Orang yang dihubunginya tak kunjung menjawab panggilannya.
“Melanie. Kau dimana?” Desisnya.
            Panggilannya akhirnya tersambung. Seorang wanita yang amat ia cintai akhirnya mau menjawab telfonnya.
            “Syukurlah kau baik baik saja.”
            “Ada apa?”
            “Kau dimana?”
            “Jangan menghubungiku lagi, aku sudah muak denganmu.”
            “Maaf. Aku hanya terlalu khawatir. Begitu banyak pembunuhan saat ini. Mulai sekarang jangan pergi sendirian. Dengan begitu kau akan baik baik saja.”
            “Aku sedang sibuk. Aku akan membantu dokter melakukan autopsi. Kau salah jika kau melarangku pergi sendirian. Bukankah kau tahu kalau aku selalu sendirian?”
            “Tapi Mel.”
Sambungan terputus.
            Rezi hanya bisa mendesah. Dipandanginya foto gadisnya diwalpaper ponselnya. Ia begitu sangat mencintai gadis ini. Dan berharap dia akan selalu baik baik saja.
# # #
            “Melanie!” Bentar dokter Gading. “Tutup telfonmu dan cepat lepaskan seluruh pakaian jasad ini sekarang!”
            “Maaf.” Melanie segera memasukkan ponselnya kesakunya. “Baik dok.”
# # #
            Waktu terus bergulir, dentingan jam dindingpun terus berjalan dan Rezi masih duduk disudut lorong Rumah Sakit menunggui wanitanya keluar dari ruang autopsi. Ia sudah terkantuk kantuk namun ia menahannya.
            Ini sudah dini hari dan Rezi masih bertahan.
Klek.
Suara kunci pintu dibuka.
            Rezi langsung terperangah. Matanya yang terkantuk tak jadi terpejam. Ia segera bangkit dan berdiri menunggui Melanie yang keluar dari ruangan itu.
            “Hei Mel.” Senyuman Rezi mengembang ketika ia melihat orang yang ditungguinya sekian lama akhirnya datang.
            Melanie bergegas pergi melangkahkan kakinya menjauh dari Rezi. Langkahan kakinya segera ia percepat menghindari lelaki ini. Lelaki yang dia kira juga akan membuatnya bahagia. Namun ia salah. Melanie terlanjur percaya bahwa takdirnya tidak akan pernah bisa bahagia.
            “Sudah kubilang jangan pernah temui aku lagi. Aku tidak mau berurusan dengan orang tua mu lagi.”
            “Aku mencintaimu Melanie. Suatu saat aku yakin orang tuaku akan setuju dengan hubungan kita asalkan kita berjuang bersama sama.”
            Melanie menghentikan langkahnya. Kini ia berani memandang wajah Rezi dengan tajamnya.
            “Berjuang kau bilang? Sekuat apapun kita berjuang, kita tidak akan pernah menghancurkan karang yang ada dihati orang tuamu.”
            “Melanie.” Kedua tangan Rezi meraih kepala Melanie yang sudah ingin menangis menumpahkan air matanya.
Plak!
            Satu tamparan keras melayang ke wajah Rezi saat tangan Rezi benar benar menyentuhnya.
# # #
            Sudah hampir shubuh ketika melanie sudah sampai didepan rumahnya sendiri. Rumah kontrakan kecil yang ia tinggali bersama anak dan mama angkatnya. Kini ia merebahkan tubuhnya diatas ranjangnya berharap semua masalahnya selesai ketika ia sudah terlelap nanti.
            Suara rengekan anak kecil tiba tiba menganggunya, suara itu mengusiknya ditengah tengah puncak kelelahannya. Ia ingin tidur tapi bayi itu sudah bangun. Suara bayi itu kian keras. Teriakannya menggema. Teriakan anak yang sangat kehausan. Anak itu membutuhkan Melanie. Sangat membutuhkannya. Tapi Melanie sangat lelah. Lagipula siapa anak itu. Anak yang lahir bukan karena keinginannya dan telah menghancurkan hidupnya.
            “Diam!!” Bentaknya.
            Teriakan anak itu kian kencang. Bayi berumur enam bulan itu sangat kehausan. Dia meronta ingin segera dihapuskan seluruh dahaganya.
            Melanie menutup kedua telinganya dengan bantal. Ia sudah muak dengan anak itu. Ia ingin segera membuang anak haram itu. Anak hasil pemerkosaan oleh orang yang tak ia kenal. Kalau bukan karena dia, pasti dirinya sudah menikah dengan Rezi kekasihnya dan dirinya tidak akan dihina oleh orang tua Rezi.
            “Diam!” Bentaknya lagi.
            Tapi rengekan bocah kecil itu terus menggema. Kerongkongannya sudah nyaris kering. Ia butuh air. Membutuhkan susu ibunya.
            Melanie menoleh kearah bocah lelaki yang tepat ada disampingnya yang meronta ronta. Tatapan Melanie penuh kebencian. Penuh dendam. Penuh amarah. Tapi bayi itu tak berdaya, bayi itu sangat lemah. Bayi itu begitu mungil. Ia hanya haus. Dan apakah Melanie tega membiarkannya? Membiarkan anak kecil tak berdosa menjerit kehausan.
            Tatapan Melanie berubah menjadi sendu. Perasaan keibuannya mulai muncul. Anak ini tak berdosa. Ia tidak tahu apa yang dilakukan ayahnya. Ia sama seperti dirinya. Dia hanyalah korban.
            “Maafkan mama sayang.” Direngkuhnya anak itu dengan kasih. Melanie segera membuka kancing seragam susternya dan mengeluarkan payudaranya, memberikan ASI yang bocah itu inginkan.
            Bayi itu dengan rakusnya langsung melahap puting mamanya. Menyedotnya susu mamanya dengan sangat rakusnya. Ia sangat kehausan. Akhirnya air mengalir dikerongkongannya. Bayi itu sangat puas. Isakannya segera berhenti dan tangisnya segera menghilang.
            “Anak pintar.” Melanie membelai rambut anaknya yang tebal. Bayinya tertidur lagi setelah ia puas meminum air susunya.

            Satu kecupan sayang mendarat kedahi anaknya itu. “Maafkan mama sayang.” Desisnya lagi.

3 komentar:

  1. Mngeri juga bacanya , tapi alur ceritanya bagus ! sepertinya authornya mendalami atau menjadi bagian cerita ya ?
    qiu qiu, domino qiu qiu,domino 99,dominoqq

    BalasHapus
  2. bisa jadi kamu seorang penulis yang sangat berbakat. ayo tunjukin bakatmu anak muda. Mencari Tempat bermain Agen Poker, Bandar Ceme Online, agen dominoqq Online terbaik dan terpercaya ? Bergabung bersama kami di > KartuQQ.net Cara mudah bermain Judi Online kekinian karena hanya dengan 1 akun sudah bisa bermain 6 macam permainan

    BalasHapus
  3. As stated by Stanford Medical, It is in fact the ONLY reason women in this country live 10 years more and weigh 19 kilos lighter than we do.

    (And realistically, it has NOTHING to do with genetics or some secret-exercise and absolutely EVERYTHING around "HOW" they eat.)

    BTW, I said "HOW", not "WHAT"...

    CLICK this link to see if this brief questionnaire can help you decipher your true weight loss potential

    BalasHapus